Telah berulang kali aku mencoba. Mencoba untuk menjadikan diri ini lebih baik dan lebih baik. Cukup sederhana, sholat tepat waktu, tilawah dengan rutin, sedikit berbagi rizqi, bersedekah walau hanya denga sebuah senyum, sedikit mendekatkan jiwa padaNya walau hanya dengan dua rakaat di sepertiga malam terakhir. Namun kotornya hati ini terlalu redup untuk menembus tirai-tirai semangat mencapainya. Nikmatnya dunia terlalu indah melalaikan jiwa. Saudara-saudara di jalan ini sering kali membuatku iri dengan kebaikannya. Mereka begitu tulus, begitu bersih laksana cahaya terpancar dari wajahnya. Berkumpul dengan mereka membuat tekad semakin bulat, untuk terus berproses menjadi lebih baik. Namun, ketika diri ini sejenak berpisah, rasanya sirna semua segala cita. Betapa ikhlas tiada di hati ini...
Ya Allah, kuatkanlah ikatan ini, sehingga jarak, waktu, pun ketiadaan tiada dapat memusnahkan niat kami untuk tetap memperbaiki hati...
Terakadang ketaatan hanya sebuah taklid, atau justru hanya sebuah topeng pelindung kehinaan diri. Terkadang bijak hanya penutup kesombongan hati... lebih sering nasihat hanyalah pemanis di bibir tanpa berkaca atas diri senidiri... Ya Rabby, betapa sia-sia umur yang telah kulalui, ketika kebaikan hanya sebuah retorika diri...
AmpunanMu yamg begitu luas telah memanjakanku dalam kemilaunya maksiat. Rahmatmu yang begitu banyak telah membenamkan diri pada nikmatnya duniawi, sehingga sering terlupa akan adanya janji balasan atas setiap perbuatan...
Ya Allah...
Ingatkanlah setiap kealpaan diri, lembutkanlah hati kami, kuatkanlah niat kami, dan ridhoilah usaha kami....
sesungguhnya orang hidup itu sia-sia, kecuali orang yang beriman. Orang yang berimanpun rugi jika tidak beramal. Dan amalpun akan sia-sia tanpa keikhlasan. Dan ikhlas adalah letaknya di hati... hati yang jernih, ibarat mata air yang mencerminkan kejujuran...
Tanah rantau

tempat yang tidak pernah terbayangkan, hanya melakoni peran takdir kehidupan yang telah ada,,, syukuri,,, dan tetaplah berbagi,,,
25 Jun 2010
3 Feb 2010
Teladan yang Shaleh
Pada Suatu hari Rasulullah Saw pergi dalam sebuah perjalanan jauh bersama para sahabatnya. Di tengah perjalanan mereka beristirahat dulu dan mendirikan tenda di padang pasir. Kebetulan mereka membawa seekor domba. Maka salah seorang diantara mereka berkata, “Aku akan memotong domba itu.” Sedang yang lain berkata pula, “Aku akan mengulitinya”, dan sahabat yang lain lagi berkata, “ Aku akan memasaknya nanti.” Lalu Rasulullah berkata, “Dan aku akan mencari kayu bakarnya..”
Para sahabat terperanjat mendengar ucapan beliau. Mereka segera berkata, “ Tidak usah ya Rasulullah, biar kami saja yang melakukan semua. Baginda beristirahat saja sampai masakan ini selesai.”
Rasulullah kemudian bersabda kepada mereka semua., “ Demi Allah, aku tidak akan tinggal diam sementara kalian semua bekerja. Allah membenci hamba-Nya yang mengistimewakan dirinya dari saudara-saudaranya.” Setelah mengucapkan sabdanya beliau pergi mencari dan memanggul sendiri kayu bakar yang didapatnya.
9 Jan 2010
Small Stone
Pada suatu saat ia harus menyampaikan pesan penting kepada teman kerjanya yang ada di bawahnya.
Pekerja itu berteriak-teriak, tetapi temannya tidak dapat mendengarnya karena suara bising dari mesin-mesin dan orang-orang yang bekerja, sehingga usahanya sia-sia saja.
Untuk menarik perhatian orang yang ada di bawahnya, ia mencoba melemparkan uang logam di depan orang tsb. Orang itu berhenti bekerja, mengambil uang itu lalu bekerja kembali. Pekerja itu mencoba lagi, tetapi usahanya yang keduapun memperoleh hasil yang sama.
Tiba-tiba ia mendapat ide. Ia mengambil batu kecil lalu melemparkannya ke arah orang itu. Batu kecil itu tepat mengenai kepala orang itu, dan karena merasa sakit, orang itu menengadah ke atas. Sekarang pekerja itu dapat menjatuhkan catatan yang berisi pesan pentingnya.
Allah kadang-kadang menggunakan cobaan-cobaan ringan untuk membuat kita menengadah kepada-Nya.
Seringkali Allah melimpahi kita dengan rahmat, tetapi itu tidak cukup untuk membuat kita menengadah kepadaNya. Karena itu, agar kita selalu mengingat kepadaNya, Allah sering menjatuhkan "batu kecil" kepada kita.
Seandainya ...
Orang yang dilempari uang logam itu "menyadari" bahwa uang tersebut "jatuh dari atas", tentunya dia akan menengadah ke atas sehingga pekerja tadi dapat menjatuhkan catatan pesan pentingnya dan "tidak perlu" menjatuhkan "batu kecil" tsb.
Demikian juga dengan kita.
Seandainya setiap rahmat yang diberikan Allah kepada kita, cukup mampu membuat kita menengadah kepadaNya. Tentunya Allah tidak perlu menjatuhkan "batu kecil" kepada kita.
Tubuh kita, kesehatan kita, pengetahuan dan ilmu yang ada di pikiran dan hati kita, harta kita, dan semua yang kita anggap milik kita sesungguhnya adalah milik Allah, titipan Allah kepada kita.
Semua itu adalah rahmat yang diberikan Allah kepada kita. Seyogyanya kita (kami dan Anda) cukup mampu untuk "menengadah kepada-Nya" .... senantiasa bersyukur dan selalu ingat kepada "catatan penting" dari Allah, yaitu berkewajiban mengamalkannya sehingga "rahmat" tadi dapat bermanfaat bagi banyak orang.
Mohon masukannya, terima kasih.
[+/-] Selengkapnya...
[+/-] Ringkasan...
Langganan:
Postingan (Atom)